Kepergian Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 2 Oktober 1988 meninggalkan duka mendalam bagi Yogyakarta dan Indonesia. Sebelumnya, pada 14 September, beliau berangkat ke Tokyo bersama Norma, istri terakhirnya.

Kondisi kesehatan Hamengkubuwono IX sebelum wafat tampak baik-baik saja. Bahkan, saat berada di Kyoto pada 25 September, Pangeran Mangkubumi, putra tertuanya, menyatakan bahwa ayahnya tidak menunjukkan tanda-tanda mengkhawatirkan.

Namun, pada 2 Oktober, Hamengkubuwono IX mengeluh sakit dada di sebuah hotel di Tokyo. Ia diberikan pernapasan darurat dan dibawa ke Rumah Sakit George Washington.

Di Washington, kondisi Hamengkubuwono IX memburuk. Pada pukul 17.00, ia muntah-muntah di Hotel Embassy Row. Pukul 20.05, ia dinyatakan meninggal dunia.

Kabar duka tersebut disampaikan oleh Norma melalui telepon kepada Jakarta pada pukul 07.45 waktu setempat. Berita ini sempat tidak dipercaya karena kondisi Hamengkubuwono IX yang sebelumnya tampak sehat.

Jenazah Hamengkubuwono IX disemayamkan di rumah duka Ives Pearson Funeral Home, Virginia. Kepergiannya meninggalkan warisan sejarah yang berharga bagi Yogyakarta, terutama dalam bidang seni dan budaya.

Share this article
The link has been copied!